Teknokrat Merajut Kesadaran Ekologis Sedari Dini: Tinjauan Terhadap Pandangan Ekokritisme dalam Karya Sastra Anak Indonesia, Oleh: Masnia Rahayu, Peneliti Sastra Ekokritisme

Pemahaman tentang Sastra Anak dan perspektif ilmu parenting pada zaman digital saat ini mengalami pertumbuhan yang cepat. Orang tua dari generasi milenial dan gen Z telah mengumpulkan banyak pengalaman dalam menggunakan media sosial dan sejenisnya.

Akibatnya, kelompok ini lebih mudah menyerap berbagai informasi yang tersedia. Dalam konteks ini, fenomena parenting bertujuan untuk mengarahkan perkembangan anak, membentuk kepribadian mereka, dan menerapkan pola pengasuhan yang sesuai dengan usia.

Baca juga : Inovasi Teknologi Universitas Teknokrat Bantu Pengusaha Budidaya Perairan

Meskipun demikian, kecakapan dalam hal informasi dan adaptasi digital tidak selalu mengindikasikan perubahan positif dalam pola pengasuhan anak.

Hasil survei yang dilakukan oleh KPAI menunjukkan bahwa selama pandemi Covid-19, sebanyak 79% anak diizinkan oleh orang tua mereka untuk menggunakan gadget mereka bukan hanya sebagai media pembelajaran. Dari data tersebut, terlihat bahwa sebanyak 71.3% anak memiliki perangkat gadget mereka sendiri (Maimunah, 2021).

Keadaan ini pasti akan memiliki dampak buruk pada pertumbuhan anak karena dapat mengganggu mutu pendidikan dan interaksi. Dengan demikian, diperlukan mengalihkan perhatian anak dari jejaring sosial ke sumber pembelajaran lainnya, salah satunya melalui buku-buku.

Mengamati buku adalah salah satu cara efektif untuk mendidik anak di zaman digital ini. Anak-anak akan memiliki kemampuan analitis dalam menghadapi realitas yang dihadirkan dalam buku-buku. Salah satu bentuk karya yang paling populer dan mudah dipahami oleh anak-anak adalah karya sastra.

Keberadaan karya sastra anak berperan sebagai alat pembelajaran yang membentuk karakter dan memberikan nilai-nilai moral yang menguntungkan bagi perkembangan kognitif anak. Tema-tema beragam dalam karya sastra memberikan berbagai sudut pandang yang beragam.

Perbedaan ini bisa membantu orang tua untuk memilih jenis pendidikan atau pengetahuan apa yang ingin mereka tanamkan pada anak-anak. Sebagai contoh, ada karya sastra dalam bentuk prosa yang memiliki tema pada berbagai tingkatan, seperti fisik, organik, sosial, egoik, dan spiritual (Shipley, 1962).

Tema pada tingkatan fisik mengacu pada hal-hal di luar aspek kejiwaan manusia. Dengan demikian, tema ini lebih menekankan pada aktivitas fisik daripada konflik batin. Kemudian, ada tema tingkat organik yang menempatkan manusia dalam konteks kejiwaan. Tema ini memunculkan berbagai masalah yang berkaitan dengan aspek kejiwaan manusia.

Dalam tema tingkat sosial, manusia dianggap sebagai makhluk sosial. Tema ini banyak menampilkan hubungan dalam masyarakat, interaksi antarindividu, serta keterkaitan dengan lingkungan alam.

Pada aspek egoik, fokusnya adalah pada perkembangan karakter tokoh utama dalam cerita, seperti peningkatan keyakinan diri, keberanian, dan kemandirian pada anak-anak. Sebaliknya, dalam aspek ilahi, tema-tema keagamaan atau spiritual dieksplorasi guna memperkuat iman dan ketakwaan kepada Tuhan.

Karya sastra anak memiliki kemampuan untuk memengaruhi cara pandang anak terhadap beragam hal, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pengetahuan.

Sastra anak mampu mendukung pemahaman anak terhadap dunia sekitarnya, memupuk rasa empati dan toleransi, serta mengajarkan prinsip-prinsip moral yang positif. Melalui sastra anak, anak-anak dapat mengenal berbagai budaya dan tradisi dari pelbagai negara, juga merangsang daya imajinasi dan kreativitas mereka.

Selain itu, sastra anak juga dapat memperkaya kosakata dan keterampilan membaca anak.

Namun, sebagai orang tua atau pendidik, perlu selektif dalam memilih sastra anak yang akan diberikan kepada anak-anak. Sastra anak yang baik haruslah memiliki nilai-nilai moral yang positif dan mengandung pesan yang baik bagi perkembangan anak. Sastra anak juga harus disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan anak.

Tema-Tema dalam Sastra Anak

​Tema tingkat fisik: “Si Kancil dan Pak Tani” karya Tim Bacaan Anak Indonesia. Cerita ini mengisahkan tentang kecerdikan Si Kancil dalam menghindari bahaya dan mendapatkan makanan dari kebun milik Pak Tani. Tema ini menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam dan memahami pentingnya ekosistem dalam kehidupan.

Tema tingkat organik: “Negeri Dongeng” karya Helvy Tiana Rosa. Cerita ini mengisahkan tentang petualangan dua sahabat, Zara dan Kirana, dalam menjelajahi Negeri Dongeng dan bertemu dengan berbagai makhluk mitos. Tema ini menekankan pentingnya memahami keragaman hayati dan menjaga kelestarian flora dan fauna.

Tema tingkat sosial: “Lukisan Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata. Novel ini mengisahkan tentang kisah perjuangan sekelompok anak miskin di Belitung untuk meraih cita-cita mereka. Melalui kisah perjalanan hidup tokoh utama, Ikal, pembaca dapat belajar tentang pentingnya pendidikan dan solidaritas dalam menjalani kehidupan.

Tema tingkat egoik: “Seri Bintang” karya Ninit Yunita. Cerita ini mengisahkan tentang petualangan dua sahabat, Gema dan Aga, dalam mencari bintang jatuh untuk dijadikan hadiah untuk ulang tahun ibu Gema. Tema ini menekankan pentingnya memahami diri sendiri dan menerima perbedaan dengan orang lain.

Tema tingkat divine: “Kisah-Kisah Islam untuk Anak-Anak” karya Mohammad Ali Hasan. Buku ini berisi kumpulan cerita-cerita dari agama Islam yang disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anak-anak. Tema ini menekankan pentingnya pendidikan agama dalam membentuk karakter anak serta mengajarkan nilai-nilai moral yang baik.

Masih banyak lagi karya para penulis sastra anak yang dapat dijadikan rujukan bagi para orang tua untuk mengenalkan nilai-nilai positif untuk anak. Memahami dan mempelajari perkembangan anak dalam era digital merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat pada umumnya. Era digital telah memberikan dampak yang signifikan terhadap cara anak-anak belajar, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan bermain.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk terus mempelajari perkembangan anak dalam era digital dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendukung perkembangan anak secara optimal.

Dalam kasus konflik ekologis, anak-anak rentan terhadap berbagai risiko seperti polusi udara, air, dan tanah, serta hilangnya sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan mereka.

Selain itu, konflik ekologis juga dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan anak.

Kualitas hidup anak dapat ditingkatkan melalui upaya pencegahan konflik ekologis dan penanganan dampaknya. Bukan hanya Pemerintah dan masyarakat yang diharapkan dapat melakukan upaya-upaya menjaga lingkungan dan mengurangi risiko lingkungan yang membahayakan anak.

Namun, anak-anak juga perlu dilibatkan dalam upaya menjaga lingkungan dan menangani dampak konflik ekologis. Anak-anak dapat diajarkan untuk menjaga lingkungan dan mengenali risiko lingkungan yang membahayakan mereka, serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan lingkungan yang positif. Salah satunya diawali dengan penanaman nilai-nilai etika lingkungan yang ditanamkan sedari dini, contohnya melalui sastra anak berbentuk prosa.

Hari Buku Sedunia yang diperingati setiap tanggal 23 April merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengenalkan buku dan nilai-nilai penting bagi anak-anak. Melalui buku, anak-anak dapat mempelajari banyak hal, mulai dari pengetahuan tentang dunia, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, memperluas wawasan dan pemahaman tentang berbagai hal, meningkatkan minat dan kecintaan mereka terhadap membaca, hingga dapat membantu membentuk karakter positif anak-anak dan memperkuat fondasi pendidikan mereka di masa depan.

Baca juga : Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia bangun Sistem IoT untuk Perternakan Jangkrik

Melalui peringatan Hari Buku, orang tua dapat berperan dalam mengajarkan konsep-konsep ekologis kepada anak-anak. Dengan membantu anak-anak memahami pentingnya lingkungan dan mengembangkan rasa peduli terhadap alam, diharapkan mereka akan menjadi generasi muda yang mengutamakan kelestarian lingkungan dan siap berperan aktif dalam menjaga kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.

Mari kita bersama-sama bekerja secara sinergis untuk menghidupkan rasa cinta terhadap buku dan mengajarkan nilai-nilai ekologis kepada anak-anak sebagai penerus yang akan membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.