Opini : Pengembangan Perangkat Lunak Menggunakan Metode Terstruktur VS Berorientasi Objek: Memilih Pendekatan yang Tepat

Oleh : Erliyan Redi Susanto, M.Kom.
Pakar Rekayasa Perangkat Lunak
Tim Kelompok Keilmuan Rekayasa Perangkat Lunak Universitas Teknokrat Indonesia

Perangkat lunak telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Mulai dari aplikasi ponsel hingga sistem manajemen perusahaan, perangkat lunak membantu kita menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan lebih efisien.

Namun, ada berbagai pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak. Dua metode yang sering dibandingkan adalah metode terstruktur dan berorientasi objek. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi kedua pendekatan tersebut dan membahas kelebihan serta kelemahan masing-masing.

Metode terstruktur adalah pendekatan tradisional dalam pengembangan perangkat lunak. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada pembagian kode menjadi bagian-bagian terpisah yang masing-masing menyelesaikan tugas tertentu.

Baca juga : Dua kali berturut-turut Universitas Teknokrat Kembali Raih Peringkat 2 Impact Webometrics Asia Tenggara

Struktur program terdiri dari fungsi-fungsi terpisah yang digunakan untuk mengatur alur eksekusi program. Metode terstruktur menggunakan pemrograman prosedural sebagai fondasi utama dalam merancang perangkat lunak.

Salah satu kelebihan metode terstruktur adalah kemudahan dalam memahami dan mengembangkan kode. Karena program terdiri dari fungsi-fungsi terpisah, alur program menjadi lebih sederhana untuk dipahami.

Selain itu, debugging dan pemeliharaan perangkat lunak juga lebih mudah dilakukan karena bagian-bagian kode yang terkait dapat diperiksa dan diubah secara terpisah.

Namun, metode terstruktur memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah kurangnya konsep abstraksi yang kuat. Dalam metode terstruktur, data dan fungsi-fungsi terpisah, sehingga sulit untuk memodelkan hubungan antara data dan fungsi-fungsi tersebut.

Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengelola perangkat lunak yang kompleks dan sering memerlukan perubahan. Di sisi lain, pendekatan berorientasi objek (OOP) menawarkan konsep yang lebih maju dalam pengembangan perangkat lunak.

Dalam OOP, perangkat lunak dilihat sebagai kumpulan objek yang saling berinteraksi. Setiap objek memiliki atribut dan perilaku yang didefinisikan oleh kelas-kelas yang sesuai. OOP memungkinkan pemodelan dunia nyata yang lebih baik dan memungkinkan pengembang untuk membagi kode menjadi unit yang lebih independen.

Salah satu kelebihan utama OOP adalah modularitas dan reusabilitas kode. Dengan menggunakan kelas dan objek, kode dapat diorganisir dengan cara yang lebih terstruktur dan dapat digunakan kembali dalam proyek lain.

“Ini menghemat waktu dan upaya dalam pengembangan perangkat lunak. Selain itu, OOP juga mendukung konsep pewarisan, di mana kelas dapat mewarisi atribut dan perilaku dari kelas lain, memungkinkan pengembang untuk membuat hierarki kelas yang fleksibel dan mempermudah pemeliharaan,” kata Erliyan.

Namun, OOP juga memiliki kelemahan. Salah satunya adalah kompleksitas yang lebih tinggi dalam memahami konsep dan desain OOP. Untuk menguasai OOP dengan baik, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep seperti enkapsulasi, pewarisan, dan polimorfisme.

Selain itu, implementasi OOP yang buruk dapat menghasilkan desain yang tidak efisien dan performa yang buruk. Memilih pendekatan antara metode terstruktur dan berorientasi objek, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan proyek dan tingkat kompleksitas perangkat lunak yang akan dikembangkan.

Baca juga : Imas Setyawan Alumni Teknokrat, Kini Berkarir di Sinarmas Group

“Untuk proyek yang sederhana dan memiliki persyaratan yang jelas, metode terstruktur mungkin menjadi pilihan yang lebih sederhana dan cepat. Namun, untuk proyek yang kompleks dan membutuhkan fleksibilitas dan reusabilitas yang tinggi, pendekatan berorientasi objek dapat menjadi pilihan yang lebih baik,” terang Erliyan.

Pada akhirnya, metode terstruktur dan berorientasi objek keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pemilihan pendekatan tergantung pada kebutuhan proyek, kompleksitas perangkat lunak, dan kemampuan pengembang.

“Yang terpenting adalah memahami konsep dan prinsip di balik kedua pendekatan tersebut untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengembangkan perangkat lunak yang baik dan dapat berkembang di masa depan,” ujar Erliyan.